MATERI TARIKH
ISLAM PASCA RASULULLAH
Standar kompetensi :
Memahami perkembangan Islam masa Khulafa Al-Rasyidin Bani
Umayah dan Bani Abbasiyah.
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan Perkembangan islam pasa
masa Kulafa Al-Rasyidin
2.
Menjelaskan perkembangan Islam pada masa Bani Umayah
3.
Menjelaskan Perkembangan Islam pada masa bani Abbasiyah
- Pengertian Khulafa Rasyidin
Kata Khulafaur rasyidin berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata khulafa’ (خلفاء)dan ar-rasyidin(الراشدين). Kata khulafa’ adalah bentuk
jamak dari kata khalifah(خليفة). Kata khulafa’ berarti banyak khalifah, sedangkan
kata khalifah menurut bahasa pemimpin atau pengganti, maksudnya adalah orang
yang berada di belakang seseorang.
Kata ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari kata ar-rasyid
(الراشد). Kata ar rasyidin berarti
orang yang mendapat petunjuk (hidayah), sedangkan kata ar-rasyid menurut
bahasa berarti orang yang benar, lurus atau pintar, serta arif dan bijaksana.
Jadi pengertian khulafaur rasyidin (خلفاء الراشدين) adalah orang-orang yang ditunjuk
sebagai pengganti atau pemimpin yang
benar, lurus atau pintar, serta memperoleh petunjuk (hidayah), dan arif lagi
bijaksana.
Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad sebagai kepala
pemerintahan dan kepala Negara diemban oleh sahabatnya secara berturut-turut.
Termasuk penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang mendapat
petunjuk. Keempatnya adalah Abu Bakar (memerintah 632-634 M), Umar bin Khattab
(memerintah 634-644 M), Usman bin Affan (memerintah 644-656 M), dan Ali bin Abi
Thalib (memerintah 656-661 M).
Istilah Khulafaur Rasyidin dapat kita jumpai dalam hadits
Rasulullah. Nabi bersabda sebagaimana berikut:
” ستفرق أمتي على
ثلاثة و سبعين كلهم في النار الا واحدةً قيل : ما هي يا رسول الله ؟ قال : أهل
السنة والجماعة, قيل ما هي يا رسول الله ؟ قال ما على سنتي و سنة الخلفاء
الراشدين”
Artinya : “umatku akan terpecah-pecah menjadi 73
golongan, semuanya akan ditempatkan di neraka kecuali satu golongan. “Apa yang
satu golongan itu?” Tanya seorang sahabat. Nabi SAW menjawab: “kelompok ahlus
sunnah wal jamaah” sahabat bertanya lagi,”siapakah mereka?” nabi menjawab,
“mereka yang taat kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin”.
Tidak lama Khulafaur Rasyidin menjadi penerus nabi. Hanya 31
tahun dimulai dari tahun 632 M dan berakhir tahun 661 M. namun 31 tahun
tersebut sangat menentukan bagi keberadaan Islam. Masa itu adalah masa
konsolidasi dan masa pemantapan dasar-dasar Islam dan peradabannya. Khulafaur
Rasyidin yang berhasil menyelamatkan akidah Islam dari pembangkangan kaum
murtad dan nabi palsu. Khulafaur Rasyidin pula yang pertama kali berhasil
membawa Islam keluar dari kungkungan padang pasir Jazirah Arab untuk
menaklukkan Persia, Syam dan Mesir. Sejarah tentu akan lain jika pada saat itu
Khulafaur Rasyidin gagal menunaikan tugasnya.
1. Khalifah Pertama: Abu Bakar
Ash-Shiddiq (11-13 H/ 632-634 M)
Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak berwasiat apapun
tentang siapa yang akan menjadi khalifah pengganti nabi. Persoalan yang besar
ini beliau serahkan kepada musyawarah umat Islam.[1] Setelah nabi wafat, golongan
Anshor bermusyawarah dibalai Bani Sa’idah dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah berpendapat
bahwa kepemimpinan umat Islam sepatutnya dipegang oleh golongan Anshor, dari
golongan Muhajirin bermusyawarah di masjid Nabawi dipimpin oleh Umar bin
Khattab, berpendapat bahwa yang sepantasnya memimpin umat Islam dari golongan
Muhajirin.
Perbedaan tersebut dapat didamaikan dengan ucapan dari Abu
Ubaidah yang mengatakan : “Hai kaum Anshar, kamu adalah orang yang pertama
menolong dan membela, maka janganlah pula kamu yang pertama merusakkannya”.
Dengan sadar maka bersatulah antara golongan Anshar dan golongan Muhajirin
dengan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah secara aklamasi, yang pertama
didahului dengan jabatan tangan Umar bin Khattab yang diikuti oleh
sahabat-sahabat yang lain.
Keesokan harinya barulah dilakukan baiat umum di
Masjid Nabawi . Pidato Abu Bakar setelah dibaiat adalah: “Wahai manusia, saya
telah diangkat sebagai Khalifah, padahal saya bukanlah orang yang terbaik di
antara kamu, maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik aka ikutilah aku,
jika saya berbuat salah maka betulkanlah aku.[2]
- Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah sahabat Nabi SAW yang paling utama.
Pengalamannya amat luas dan jasanya amat besar terhadap agama. Dia adalah
seorang bangsawan Quraisy, berkedudukan tinggi dalam kaumnya, hartawan dan
dermawan. Jabatannya dikala nabi masih hidup, selain menjadi saudagar yang
kaya, ia adalah ahli nasab dan ahli hukum yang jujur. Dia telah merasakan pahit
getirnya hidup bersama rasulullah sampai pada hari wafatnya Rasulullah. Ialah
yang diserahi untuk menjadi imam shalat, karenanya umat Islam memandang ialah
yang paling berhak menjadi khalifah daripada yang lainnya.
Selain itu, Abu Bakar adalah orang yang sederhana,
jabatannya sebagai khalifah tidak menyebabkannya hidup bermewah-mewah. Ia tidak
mau menyalahgunakan jabatannya sebagai penguasa untuk memperkaya dirinya
sendiri ataupun keluarganya. Ia meninggal dalam kesederhanaan.
- Jasa-Jasa dan Peninggalan Abu Bakar Ash-Siddiq
Jasa-jasa Abu Bakar adalah:
1)
Memberantas nabi-nabi palsu
2)
Memerangi orang-orang yang ingkar zakat, yang beranggapan
bahwa membayar zakat hanya kepada nabi Muhammad, setelah nabi wafat tidak ada
lagi kewajiban.
3)
Memberantas orang-orang murtad, yang belum memahami tentang
Islam.
4)
Menghimpun Al Qur’an atas usulan Umar bin Khattab dengan
alasan:
a)
Banyak penghafal Al Qur’an yang gugur syahid.
b)
Tulisan yang ada di pelepah-pelepah kurma, batu-batu tulang,
dikhawatirkan rusak dan hilang.
c)
Untuk menjaga kemurnian Al Qur’an, penulisan tersebut
diserahkan kepada Zaid bin Tsabit dan disimpan oleh khalifah Abu Bakar.
5)
Memperluas wilayah penyebaran agama Islam ke Hiroh
(dijadikan pusat pertahanan dan ibu kota di luar Arab), Anbar dan Persia,
Daumatul Jandal, Yarmuk, Syam (pernah dikuasai tentara Romawi), dan Syria. Abu
Bakar menugaskan empat panglima perangnya untuk menguasai Syria dari Romawi
Timur yang dipimpin oleh Kaisar Heraklius. Mereka adalah Yazid bin Abu Sufyan
yang ditugaskan di Damaskus, Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Horns, Amr
bin Ash ditugaskan di Palestina, dan Surahbil bin Hasanah di Yordan
Peninggalan Abu Bakar:
1)
Mushaf Al Qur’an.
2)
Wilayah kekuasaan Islam.
3)
Semangat, tekad, sikap untuk berpegang pada kebenaran dan
berkorban jiwa harta demi membela agama Islam.
2. Khalifah Kedua: Umar bin
Khattab (13-23 H/ 634-644 M)
Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak
menaklukkan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Saat itulah Abu Bakar berfikir untuk
menunjuk satu orang sebagai penggantinya. Pilihannya jatuh pada Umar bin
Khattab, pandangannya yang jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umar adalah yang
tepat untuk menggantikannya.
Meskipun begitu, sebelum menentukan Umar, Abu Bakar meminta
penilaian para sahabat besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdur Rahman bin
Auf, Usman bin Affan dan Asid bin Hudhair Al-Anshary, Said bin Zaid, dan
sahabat-sahabatnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya mereka
menyepakati pilihan Abu Bakar. Dengan meninggalnya Abu
Bakar pada hari Senin tanggal 23 Agustus 624 M dalam usia 63 tahun, maka
pemerintahan Islam langsung dipegang oleh Umar bin Khattab yang telah ditunjuk
oleh Abu Bakar dan disetujui oleh seluruh umat Islam secara aklamasi dengan
tidak meninggalkan asas demokrasi Islam. Dengan hati yang ikhlas mereka semua
ikut membaiat Umar sebagai Khulafaur Rasyidin II. Maka demikianlah, kaum muslim pada tahun 634 M(13 H) membaiat
Umar sebagai Khalifah.
Keutamaan Umar bin Khattab
Umar adalah seorang yang keras dan tegas. Karena ketegasan
dan kekerasannya membedakan yang benar dari yang salah, ia dijuluki dengan
“Al-Faruq”, artinya pembeda antara yang benar dan yang salah. Bahkan ia pernah
menghukum cambuk anaknya sendiri karena meminum khamr. Bagi Umar, ketegasan
pelaksanaan hukum harus dikenakan tehadap siapapun tanpa pandang bulu. Khalifah
Umar juga gampang tersentuh hatinya melihat kesusahan umatnya. Ia juga seorang
pemimpin yang rendah hati, demi memperhatikan kesejahteraan umatnya, Umar tidak
segan-segan meninjau langsung kondisi kesejahteraan umat. Itulah kebijaksanaan
Umar saat menjabat sebagai khalifah.
Jasa-Jasa dan Peninggalan Umar bin Khattab
1) Umar bin Khattab membagi
daerah Islam menjadi beberapa wilayah atau propinsi yang masing-masing dipimpin
oleh seorang gubernur:
- Propinsi Kufah dipimpin Sa’ad bin Abi Waqosh.
- Propinsi Basrah dipimpin Utbah bin Khazwan.
- Propinsi Fustat (Mesir) dipimpin Amru bin Ash.
2) Membentuk dewan-dewan.
3) Menetapkan tahun Hijriyah
sebagai tahun baru Islam.
4) Membangun dan memperindah
masjid-masjid seperti: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Amru bin Ash di
Mesir.
3. Khalifah Ketiga: Usman bin
Affan (23-35 H/ 644-656 M)
Proses Pengangkatan Usman bin Affan Sebagai Khalifah
Ketika Umar merasakan ajalnya sudah dekat, ia menunjuk enam
orang sahabatnya yang terpilih menjadi dewan di zamannya. Salah satu dari
sahabat itu dipilih dan yang mendapat suara tebanyak akan menjadi Khalifah.
Enam orang calon sebagai penggantinya terdiri dari:
- Usman bin Affan
- Ali bin Abi Thalib
- Thalhah bin Ubaidillah
- Zubair bin Awwam
- Sa’ad bin Abi Waqqash
- Abdurrahman bin Auf.
Dewan ini bertugas memilih salah seorang di antara mereka
yang akan menggantikan sebagai Khalifah ketiga. Abdur Rahman bin Auf ditunjuk
sebagai ketua panitia pemilihan, sedangkan proses pemilihan adalah musyawarah
untuk mufakat.
Pada hari Rabu waktu Shubuh, 4 Dzulhijjah 23 H, Khalifah
Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya
ditikam oleh Abu Lu’luah Fairus, seorang budak dari Persia, milik Mughirah bin
Syu’ban. Abu Lu’luah menikam Umar karena merasa kesal dengan kata-kata Umar
kepadanya sehari sebelumnya.
Sesudah Umar wafat, Abdur Rahman bin Auf memulai tugasnya
dengan menghimpun pendapat dari anggota dewan dan dari pemuka-pemuka Muhajirin
dan Anshar, begitu pula mendengar pendapat dari rakyat kecil. Dari usahanya
itu, disampaikan bahwa umumnya kaum muslimin mencalonkan dua orang unggulan
yaitu Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Dalam pemilihan timbul kesulitan dalam menetapkan calon
Khalifah. Kesulitan tersebut timbul karena:
1)
Berdasarkan pendapat umum, mayoritas masyarakat menginginkan
Usman bin Affan menjadi khalifah.
2)
Di kalangan anggota dewan timbul perbedaan pendapat. Abdur
Rahman bin Auf cenderung memilih Usman bin Affan, sedangkan Sa’ad bin Abi
Waqosh memilih Ali bin Abi Thalib.
3)
Thalhah bin Ubaidillah, salah satu diantara enam calon
khalifah masih berada di luar kota, sehingga belum diketahui pendapatnya.
Bekat ketekunan dan kebijaksanaan Abdur Rahman bin Auf, maka
terpilihlah Usman bin Affan menjadi Khalifah pada usia 70 tahun pada tahun 23 H
(644 M), kemudian Ali-pun mengucapkan baiat kepada Usman bin Affan
Pada hari Rabu waktu Shubuh, 4 Dzulhijjah 23 H, Khalifah
Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya
ditikam oleh Abu Lu’luah Fairus, seorang budak dari Persia, milik Mughirah bin
Syu’ban. Abu Lu’luah menikam Umar karena merasa kesal dengan kata-kata Umar
kepadanya sehari sebelumnya.
Keutamaan Usman bin Affan
Usman bin Affan termasuk salah seorang yang pertama masuk
Islam . ia pernah menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu dan di zaman
Abu Bakar ia menjadi penasihat Khalifah. Usman bin Affan juga terkenal dengan
kesholehan dan kejujurannya dalam agama. Dia pernah menafkahkan sebagian
hartanya untuk memajukan Islam. Dia disayangi oleh Rasulullah sampai dinikahkan
dengan putrinya Ruqayyah , setelah Ruqayyah wafat dinikahkan dengan putrinya
yang lain Ummu Kultsum. Oleh karena itu Usman diberi gelar Dzun Nurain
yang artinya mempunyai dua cahaya dan pernah hijrah dua kali ke Habasyah dan ke
Madinah.
Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Usman bin Affan
1)
Membangun dan memperindah Masjid Nabawi di Madinah.
2)
Mengadakan penulisan dan penggandaan Al Qur’an yang dikenal
dengan Mushaf Usmani atau Mushaf al Imam. Panitia penggandaan
terdiri dari: Zaid bin Tsabit sebagai ketua dengan anggotanya yaitu Abdullah
bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Hasilnya
sebanyak lima mushaf, satu disimpan oleh Khalifah Usman, sisanya masing-masing
dikirim ke Makkah, Syria, Basrah dan Kufah.
3)
Membangun angkatan laut yang tangguh untuk menangkis
serangan musuh terutama melawan pasukan Romawi yang ingin merebut kota
Iskandariyah.
4)
Memperluas wilayah Islam sampai ke Armenia, Afrika
(Tunisia), Tripoli (Libya) dan Azerbaijan serta kepulauan Cyprus kemudian
dilanjutkan ke Konstantinopel, Turki dan negara-negara Balkan (Yugoslavia dan
Polandia).
Usman adalah orang yang lemah lembut dan dermawan. Namun
dikarenakan kelembutan dan sifat dermawannya tersebut, Usman bin Affan
banyak dimanfaatkan oleh family-familinya dalam menduduki jabatan pemerintahan
sehingga terkenal dengan family system. Akhir pemerintahan Usman muncul
seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam dengan tujuan mengadu domba umat
Islam untuk menghancurkan Islam. Orang tersebut bernama Abdullah bin Saba’ yang
menyebarkan fitnah kesana kemari yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Usman
oleh Al Ghofiqi.
4. Khalifah Keempat Ali bin
Abi Thalib (35 – 40 H/ 656 – 661 M)
Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Saat akhir kepemimpinan Khalifah Usman, banyak sekali
terjadi fitnah disana sini. Kaum pemberontak mengepung rumah Usman bin Affan.
Beberapa sahabat yang utama mengirim putra masing-masing untuk melindungi jiwa
Khalifah Usman bin Affan. Setelah pengepungan sampai pada hari ke delapan
belas, Usman meminta bantuan kepada Muawiyah dan kepada wali-wali lain.
Mengetahui hal tersebut, para pemberontak kian marah dan sebagian mereka masuk
kediaman Khalifah Usman. Mereka memukul Khalifah Usman dengan pedang sehingga
membawa kematiannya dan merampas hartanya, keadaan kacau dan berbaur antara
anti Usman dan pro Usman. Kejadian nista yang menyedihkan itu terjadi pada
tahun 35 H (656 H).
Selain itu Ali bin Abi Thalib juga mengirim anaknya Hasan
dan Husain untuk ikut melindungi Usman. Namun itu tak mampu mencegah bencana
yang menimpa Khalifah Usman. Pembunuhan secara keji ini menyisakan suasana mencekam,
terutrama di Madinah. Tidak ada satu pemimpin yang bisa menunjukkan apa yang
harus dilakukan. Keadaan ini berlangsung beberapa kali. Beberapa sahabat
seperti Zubair bin Awwam dan Tholhah bin Ubaidillah ingin membaiat Ali sebagai
khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apapun.
Setelah didesak terus-menerus, akhirnya Ali bersedia dibaiat
sebagai Khalifah pada 24 Juni 656 M bertempat di Masjid Nabawi.
Keutamaan Ali bin Abi Thalib
Ali adalah seorang yang zuhud dan sederhana. Ia tidak senang
dengan kemewahan hidup, bahkan menentangnya. Ali bin Abi Thalib adalah perwira
yang tangkas, cerdas, tangkas, teguh pendirian, dan pemberani. Tak ada yang
meragukan keperwiraanya. Berkat keperwiraannya tersebut, Ali mendapat julukan
Asadullah yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak
segan-segan mengganti pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan
umat Islam.
Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Ali bin Thalib
1)
Khalifah Ali mengganti gubernur yang diangkat oleh Khalifah
Usman yang kebanyakan dari family-famili khalifah tanpa memperhatikan
kemampuan, keadilan dan akhlak mereka (hanya mementingkan pribadinya). Tindakan
ini menimbulkan akibat antara lain munculnya tiga golongan (golongan Ali,
golongan Aisyah, dan golongan Zubair dan Tholhah., meletusnya perang Jamal,
perselisihan antara Ali dan Muawiyah dan terjadinya perang Shiffin. Akibat dari
perang Shiffin ini, muncullah Khawarij dan Syiah.
2)
Menarik kembali tanah milik Negara dan harta baitul Mal yang
dibagi-bagikan kepada pejabat dan family-famili khalifah Usman biarpun
ditentang oleh para gubernur lama. Kemudian dikembalikan fungsinya untuk
kepentingan Negara dan golongan lemah.
3)
Memerintahkan kepada Abul Aswad Ad Duali untuk mengarang
buku tentang pokok-pokok ilmu Nahwu (Qoidah Nahwiyah) untuk mempermudah orang
membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
4)
Membangun kota Kufah yang kemudian dijadikan pusat
pengembangan ilmu pengetahuan Nahwu, Tafsir, Hadis dan lain-lain. Pada akhirnya
khalifah Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.
Kebijakan dan Strategi Khulafaur Rasyidin
Kurang lebih 30 tahun para khulafaurrasyidin memimpin umat
Islam. Mereka banyak sekali mengambil kebijakan-kebijakan guna menyelamatkan
kaum muslimin. Kebijakan-kebijakan itu antara lain:
Memerangi Kaum Murtad
Kematian Rasulullah mengguncang keimanan kaum muslimin.
Lebih-lebih mereka yang baru masuk Islam. Hal inilah yang melahirkan
orang-orang murtad dan enggan membayar zakat. Hal itu juga yang menyebabkan
munculnya nabi-nabi palsu, antara lain Musailamah bin Habib Al-Kadzab dari
Yamamah, Tulaikhah dari Bani Asad, Zut Taj Laqit bin Malik dari Oman, Aswad Al
Ansi dari Yaman, bahkan ada perempuan yang mengaku nabi bernama Sajah dari Bani
Tamim dari Yaman.
Dalam hal menghadapi nabi palsu, Abu Bakar bersikap tegas.
Setelah mereka tidak mau bertaubat, Abu Bakar akan mengirim pasukannya dengan
panglima terbaiknya untuk memerangi mereka. Peperangan tersebut disebut dengan Perang
Riddah, berlangsung pada tahun 633 M.
Pembukuan Al Qur’an
Umar bin khattab merasa khawatir akan banyaknya para sahabat
penghafal Al- Qur’an yang gugur di medan perang sebagai syahid, hal itu
membuatnya menghadap Abu Bakar untuk mengatakan perlunya mencatat semua hafalan
Al Quran para sahabat yang masih hidup, sehingga Al Qur’an dapat diwariskan
kepada generasi mendatang. Sesungguhnya Abu Bakar bimbang untuk mengambil keputusan
ini, karena Rasulullah belum pernah melakukan pencatatan Al Qur’an, akan tetapi
Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar. Akhirnya Abu Bakar mengusulkan Zaid bin
Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al Qur’an.
Sesungguhnya banyak sekali ragam cara membaca al qur’an ,
hal itu hampir saja menjadi pencetus perang saudara karena berselisih paham
tentang cara membaca Al -Qur’an. Kondisi ini akhirnya dilaporkan oleh Huzaifah
al Yamani kepada Khalifah Usman. Khalifah Usman akhirnya melakukan penyeragaman
cara baca Al Qur’an. Cara baca inilah yang kemudian dipakai oleh kaum muslimin
sampai sekarang. Dalam menyusun cara membaca Al Qur’an ini, Usman berpatokan
pada Al Qur’an yang telah disusun oleh Abu Bakar. Khalifah Usman mengharuskan
kaum muslimin untuk menggunakan salinan Al Qur’an yang telah disebarkan
tersebut, sedang yang lainnya dibakar. Mushaf-mushaf inilah yang dikenal Mushaf
Usmani.
Keberhasilan-Keberhasilan Ekspedisi Militer
Dalam perkembangan kaum muslimin harus menghadapi dua
kekuatan. Yakni Byzantium dan Sasaniah. Ke wilayah Sasaniah, kaum muslimin
diwakili oleh Musannah bin Haritsah yang menyerbu Irak., tinakan ini disusun
oleh Abu Bakar yang mengutus Khalid bin Walid untuk membantu Musannah. Sasaniah
baru sepenuhnya dikuasai oleh pasukan muslim pada masa Khalifah Umar bin
Khattab pada tahun 637 M ke arah Byzantium, keberhasilan pertama dilakukan oleh
Usman bin Zaid dan pasukannya pada masa awal Khalifah Abu Bakar. Setelah itu
pengiriman pasukan dilakukan besar-besaran. Ditambah dengan kedatangan panglima
Khalid bin Walid setelah sukses merebut Hirrah. Pada tahun 636 M, dalam satu
pertempuran dahsyat yang dikenal dengan nama Perang Yarmuk, pasukan muslim
membuktikan keunggulannya. Setelahnya Syam, Persia, Mesir, Iskandariyah jatuh
ke tangan muslim. Dari sini kemudian pasukan muslim bergerak ke Afrika Utara.
Kesuksesan tentara muslim ini salah satunya karena didukung
oleh angkatan laut yang kuat yang didirikan pada masa Khalifah Usman oleh
gubernur Syam, Muawiyah bin Abi Sufyan.
Penataan Pemerintah
Pada masa pemerintah Khalifah Abu Bakar, sistem pemerintahan
masih menganut pada sistem yang pernah diterapkan pada masa nabi Muhammad SAW.
Pada masa nabi, sistem pemerintahan bersifat Sentralistik, dimana kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif berada pada satu tangan. Akan tetapi, pada
masa pemerintahan Umar bin Khattab semua berdiri sendiri bahkan terjadi
desentralisasi. Setiap wilayah atau daerah memiliki kewenangan mengatur
pemerintahan dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Untuk
itu, Khalifah Umar bin Khattab membangun jaringan pemerintahan sipil yang
sempuna, tanpa mengikuti atau mencontoh sistem pemerintahan yang lain. Pada
masa pemerintahannya, terdapat dua lembaga penasehat, yaitu majelis yang
bersidang atas pemberitahuan atau informasi umum, dan majelis yang hanya
membahas masalah-masalah yang sangat penting. Untuk memperlancar jalannya roda
pemerintahan, khalifah membentuk beberapa lembaga atau organisasi
ketatanegaraan yang didasari atas hasil pemikiran dan ijtihad Khalifah Umar bin
Khattab. Organisasi-organisasi tersebut antara lain, misalnya:
Pembentukan Lembaga Politik (Al Nidzam Al-Siyasiyah) yang
meliputi:
1)
Al-Khilafah, sistem ini terkait dengan pemerintahan sistem
khalifah.
2)
Al-Wizariyah, para wazir atau menteri yang membantu Khalifah
dalam urusan pemerintahan.
3)
Al-Kitabah, sistem ini terkait dengan masalah pengangkatan
seseorang untuk menjabat sekretariat Negara.
- Al-Nidzam Al-Idary yaitu sistem pemerintahan yang berkaitan dengan tata usaha administrasi Negara.
- Al-Nidzam Al-Maly, organisasi keuangan Negara, lembaga ini mengelola masuk keluarnya uang Negara. Untuk itu dibentuk Baitul Mal.
- Al-Nidzam Al-Harby, yaitu sistem pemerintahan yang berkaitan dengan masalah ketentaraan. Organisasi ini mengurusi masalah ketentaraan, masalah gaji tentara, urusan persenjataan, pengadaan asrama-asrama dan benteng-benteng pertahanan.
- Al-Nidzam Al-Qadha’i, yaitu sistem yang berkaitan dengan masalah kehakiman, yang meliputi masalah pengadilan, pengadilan banding dan pengadilan damai.
Pengelolaan Keuangan
Dalam hal pengelolaan keuangan dibentuklah Diwan. Diwan
adalah bahasa Persia yang berarti daftar atau catatan. Diwan pertama kali
dibentuk oleh Khalifah Umar Bin Khattab. Diwan yang pertama kali dibentuk
adalah diwan yang mengurusi pendapatan dan pembelanjaan keuangan daerah.
Uang-uang yang mengalir pada Diwan ini berasal dari wilayah taklukan Persia,
Syam, Mesir selain itu juga berasal dari zakat, jizyah (pajak) yang dikenakan
kepada setiap nonmuslim, dan kharraj (pajak tanah) yang dikenakan atau
tanah yang dimiliki nonmuslim.
Ibrah Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Ibrah atau pelajaran yang dapat diambil dari kepemimpinan
Khulafaurrasyidin adalah meneladani prestasi-prestasi yang dicapai. Khalifah
Abu Bakar As Siddiq merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas dan teguh
memegang kebenaran. Khalifah abu bakar as siddiq segera memberantas suatu
gerakan yang dinilai menyalahi Islam, tanpa memberi kesempatan gerakan tersebut
berkembang.
Khalifah Umar bin Khattab merupakan salah satu pemimpin yang
meletakkan dasar-dasar demokrasi dalam Islam. Beliau benar-benar
memperhatikan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Dalam pemerintahana
beliau pejabat yang benar-benar dapat dipercaya. Khalifah umar bin khattab juga
membuka diri untuk menerima suara langsung dari rakyat.
Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang
lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka
mengadakan pendekatan persuasif jika terjadi gejolak.
Adapun Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin
yang disiplin, tegas dan keras dalam membela kebenaran yang diyakininya
daripada persatuan. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga menjunjung tinggi
keputusan yang sudah menjadi kesepakatan mayoritas.
Meneladani Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin yang terdiri atas empat sahabat nabi
Muhammad SAW mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Khalifah Abu Bakar
As-Siddiq mempunyai karakter lembut dan tegas. Dalam suasana Negara yang kacau,
pemimpin yang berkarakter seperti Khalifah Abu Bakar As-Siddiq sangat
diperlukan. Dengan kelembutannya, Khalifah Abu Bakar As-Siddiq dapat
menginsafkan orang-orang yang terbujuk berbuat makar. Sementara itu,
orang-orang yang bersikap merongrong dihadapi secara tegas oleh Khalifah Abu
Bakar As Siddiq.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, situasi Negara aman.
Dalam kondisi seperti itu perlu pemimpin yang mempunyai karakter seperti Umar
bin Khattab yaitu cerdas, tegas dan mengutamakan kepentingan rakyat. Kecerdasan
Umar bin Khattab sangat diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan
yang Islami.
Situasi Negara pada masa Khalifah Usman bin Affan
benar-benar sudah aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan
masyarakat. Dalam kondisi seperti itu, karakter pemimpin yang saleh, penyantun,
dan sabar sangat diperlukan. Dengan karakter seperti khalifah Usman bin Affan
tersebut kemakmuran rakyat dapat tercapai, baik jasmani maupun rohani.
Pada masa peralihan kekuasaan dari khalifah Usman bin Affan
kepada Ali Bin Abi Thalib, kekacauan kembali terjadi. Dalam kondisi seperti ini
karakter pemimpin yang tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan Ali bin
Abi Thalib dalam membela kebenaran mirip dengan Khalifah Umar bin Khattab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar